Flu Burung (Avian Influenza)
Sejarah
Sebelum flu babi atau sekarang berganti nama menjadi influenza A-H1N1 menjadi pandemi di dunia, wabah flu burung juga pernah mewabah di dunia, termasuk Indonesia. Bahkan sampai sekarang flu burung masih terus ditemukan di beberapa daerah dan belum sama sekali dinyatakan bebas.
Belum
bebas dari flu burung, dunia kemudian dikejutkan dengan munculnya flu
babi. Bermula dari Meksiko, kejadian flu babi akhirnya menulari beberapa
negara dan kemudian berlanjut ke berbagai Negara di dunia sampai
kemudian penyakit ini dinyatakan sebagai pandemi.Nampaknya varian virus
influenza kini semakin menjadi ancaman. Kemunculan flu burung (virus
H5N1) kemudian flu babi (virus A-H1N1).
Hipotesis ataupun dugaan
para ahli adalah kemunculan flu babi ini merupakan hasil penggabungan
virus baik virus asal unggas, dan asal manusia yang bermutasi di dalam
tubuh babi kemudian melahirkan virus baru (H1N1) ?. pembuktian akan
terus dilakukan, satu hal pasti dan harus diwaspadai, mutasi virus
biasanya akan melahirkan varian baru yang tentunya lebih
ganas/berbahaya. Apakah varian virus influenza A-H1N1 yang dimaksud dan
sangat ganas ?, kira-kira demikian.
Kembali ke flu burung,
penyakit yang sama-sama disebabkan oleh golongan virus influenza
(orthomyxoviridae) namun berbeda galur ini juga termasuk virus yang
berbahaya, baik secara ekonomi dapat mengancam peternakan karena
menyebabkan kematian yang tinggi (dapat mencapai 100%) dan sifat
zoonosisnya yang mengancam keselamatan manusia, meskipun penelitian
terhadap penularan antarmanusia belum ada.
Berikut awal munculnnya flu burung di Indonesia sampai akhirnya dinyatakan sebagai wabah (kejadian luar biasa/KLB):
29
Agustus 2003: Muncul penyakit yang mematikan di peternakan ayam di
Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Setelah itu menyebar di sejumlah
kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
23 Oktober 2003: Deptan
mengonfirmasi wabah itu sebagai virus tetelo dengan jenis vilogenik
viserotropik berdasarkan pengujian beberapa lembaga dan laboratorium.
28
Oktober 2003: Otoritas Agrifood and Veterinary Authority (AVA)
Singapura telah melarang sementara impor burung dan unggas lainnya dari
Indonesia karena adanya informasi wabah penyakit flu burung di beberapa
daerah.
19 November 2003: Dua sumber independen yang layak
dipercaya di Indonesia telah mengirim informasi adanya wabah flu burung
ke International Society for Infectious Diseases (ISID). Mereka
mengabarkan, wabah tersebut telah terjadi di Jawa Barat dan Sumatera.
22
Desember 2003: Pusat Informasi Unggas Indonesia (Pinsar) menyebutkan
adanya keikutsertaan flu burung dalam wabah tetelo yang terjadi di Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Virus tersebut tidak hanya diisolasi, tetapi
sudah diidentifikasi melalui berbagai metode diagnostik. Pinsar
menyarankan virus flu burung yang ditemukan sebaiknya dikirim ke
laboratorium rujukan internasional di Australia, Inggris, Jerman, dan
Amerika Serikat.
15 Januari 2004: Sebuah tim yang terdiri atas
Kepala Badan Karantina dan Direktur Kesehatan Hewan pergi ke Cina
sekitar enam hari untuk mempelajari kasus flu burung, termasuk pengadaan
vaksin.
21 Januari 2004: Dirjen Bina Produksi Peternakan
menginformasikan bahwa pemerintah menunjuk PT Bio Farma untuk mengimpor
vaksin flu burung dengan jenis patogenitas rendah.
24 Januari
2004: Ketua I Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) CA Nidom
mengumumkan, dari identifikasi DNA dengan sampel 100 ayam yang diambil
dari daerah wabah diketahui positif telah berjangkit flu burung.
25
Januari 2004: Deptan mengumumkan secara resmi kasus avian influenza
terjadi di Indonesia, namun belum ditemukan korban manusia akibat wabah
tersebut.http://drhyudi.blogspot.com/2009/04/sejarah-flu-burung-di-indonesia.html
Gejala Pada Manusia
Virus Flu Burung yang pada awalnya diketahui hanya bisa menular antar
sesama unggas, menciptakan mutasi baru yang dapat juga menyerang
manusia. Mutasi virus ini dapat menginfeksi manusia yang berkontak
langsung dengan sekresi unggas yang terinfeksi. Manusia yang memiliki
resiko tinggi tertular adalah anak-anak, karena memiliki daya tahan
tubuh yang lebih lemah, pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah
unggas, serta pemilik unggas peliharaan rumahan.
Masa inkubasi virus adalah 1-7 hari dimana setelah itu muncul
gejala-gejala seseorang terkena flu burung adalah dengan menunjukkan
ciri-ciri berikut :
- Menderita ISPA
- Timbulnya demam tinggi (> 38 derajat Celcius)
- Sakit tenggorokan yang tiba-tiba
- Batuk, mengeluarkan ingus, nyeri otot
- Sakit kepala
- Lemas mendadak
- Timbulnya radang paru-paru (pneumonia) yang bila tidak mendapatkan penanganan tepat dapat menyebabkan kematian
Mengingat gejala Flu burung mirip dengan flu biasa, maka tidak ada
yang bisa membedakan flu burung dan flu biasa. Jika ada penderita yang
batuk, pilek dan demam yang tidak kunjung turun, maka disarankan untuk
segera mengunjungi dokter atau rumah sakit terdekat.
Penderita yang diduga mengidap virus Flu burung disebut penderita
suspect flu burung dimana penderita pernah mengunjungi peternakan yang
berada di daerah yang terjangkit flu burung, atau bekerja dalam
laboratorium yang sedang meneliti kasus flu burung, atau berkontak
dengan unggas dalam waktu beberapa hari terakhir.
Kasus probable adalah kasus dimana pasien suspek mendapatkan hasil tes laboratorium yang terbatas hanya mengarah pada hasil penelitian bahwa virus yang diderita adalah virus jenis A, atau pasien meninggal karena pneumonia gagal.
Sedangkan kasus kompermasi adalah kasus suspek atau probable dimana
telah didukung dengan hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan
bahwa virus flu yang diderita adalah positif jenis H5N1, PCR influenza
H5 positif dan peningkatan antibody H5 membesar 4 kalinya.
Namun, gejala yang dimunculkan oleh virus H5N1 ini berbeda-beda
dimana ada kasus seorang anak laki-laki yang terinfeksi virus H5N1 yang
mengalami diare parah dan diikuti dengan koma panjang tanpa mengalami
gejala-gejala seperti influenza, oleh karena itu pemeriksaan secara
medis penting dilakukan terutama bila mendapati timbulnya gejala
penyakit yang tidak wajar.http://fluburung.org/gejala-pada-manusia.asp
Pengobatan
Penanganan flu burung dapat dilakukan dengan pengobatan atau pemberian obat flu seperti Tamiflu atau jenis lainnya, tapi harus tetap dalam pengawasan dokter atau pihak rumah sakit yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan RI.
Jenis obat penanggulangan infeksi flu burung ada 2, pertama adalah obat seperti amantadine dan rimantadine
yaitu ion channel (M2) blocker, yang menghalagi aktivitas ion channel
dari virus flu jenis A dan bukan jenis B sehingga aliran ion hydrogen
dapat diblok dan virus tidak dapat berkembang biak.
Sayang sekali bahwa jenis obat yang pertama ini dapat memicu tingkat
resistensi virus terhadap zat obat, sehingga di hari ke 5 hingga ke 7
setelah konsumsi obat, 16-35% dari virus akan resisten
karena adanya mutasi pada protein M2 pada virus. Oleh karena itu, obat
jenis ini tidak dijual bebas di sembarang apotik, meskipun dengan
pemberian resep dokter, karena dikhawatirkan kesalahan pemberian obat
dapat menimbulkan munculnya jenis virus baru yang lebih ganas dan kebal
terhadap obat ini.
Jenis obat yang kedua adalah Neurimidase (NA) inhibitor, jenis seperti Zanamivir dan Oseltamivir,
dengan protein NA-nya yang berfungsi melepaskan virus yang bereplikasi
di dalam sel, sehingga virus tidak dapat keluar dari dalam sel. Virus
ini nantinya akan menempel di permukaan sel saja dan tidak akan pindah
ke sel yang lain. Jenis obat yang kedua ini tidak menimbulkan resisten
pada tubuh virus seperti jenis pada ion channel blocker.
Hingga sekarang peneliti telah berusaha keras untuk menciptakan jenis
vaksin yang dapat mengantisipasi pandemik virus H5N1, namun karena
virus ini selalu bermutasi maka dirasa penciptaan vaksin yang efektif
tidak dapat cukup kuat melawan jenis virus H5N1 yang sekarang walaupun
dirasa dapat efektif untuk mengantisipasi jenis baru yang akan muncul.
Walaupun penelitian vaksin jenis baru sedang digalakkan, WHO
mengatakan bahwa percobaan klinis virus jenis pertama haruslah tetap
dilakukan sebagai langkah yang esensial untuk mengatasi pandemik yang
mungkin akan terjadi.http://fluburung.org/pengobatan-flu-burung.aspPencegahan
- √ Letakkan kandang peternakan jauh dari permukiman penduduk dan usahakan jauh dari peternakan babi
- √ Menempatkan peralatan kandang jauh dari saluran air yang biasa digunakan unggas
- √ Penjagaan ayam ternak harus dikelilingi pagar dan ditutup rapat untuk menjaga keluar masuknya orang yang tidak berkepentingan
- √ Penjagaan ayam ternak untuk tidak menggunakan air yang mungkin digunakan oleh unggas liar lainnya. Perbaikan kandang mutlak diperlukan untuk mencegah masuknya unggas liar masuk
- √ Usahakan memberi makan ayam pada kandang tertutup, jangan ada makanan yang tercecer pada tempat terbuka untuk mengundang burung liar singgah
- √ Ayam peliharaan ditempatkan dan dikelompokan berdasarkan umurnya
- √ Member desinfektan untuk seluruh peralatan yang digunakan dalam peternakan
- √ Memberi pakan yang bersih dan sudah didesinfeksi bagi karyawan yang menangani ayam ternak. Lengkapi dengan masker untuk menghindari penularan flu burung dari unggas ke manusia
- √ Penanganan kotoran dan limbah dengan baik karena utamanya penularan flu burung melalui kotoran ayam
- √ Ayam
yang sakit atau mati harus dikeluarkan dibakar diinsenator, jangan
keluar peternakan. Dan laporkan ke pihak berwenang untuk mencegah
penularan lebih lanjut.http://disnakeswan.kalbarprov.go.id/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=117&Itemid=131
0 komentar:
Posting Komentar