Jumat, 31 Agustus 2012

Tugas LKM

Flu Burung (Avian Influenza)

Sejarah

Sebelum flu babi atau sekarang berganti nama menjadi influenza A-H1N1 menjadi pandemi di dunia, wabah flu burung juga pernah mewabah di dunia, termasuk Indonesia. Bahkan sampai sekarang flu burung masih terus ditemukan di beberapa daerah dan belum sama sekali dinyatakan bebas.
Belum bebas dari flu burung, dunia kemudian dikejutkan dengan munculnya flu babi. Bermula dari Meksiko, kejadian flu babi akhirnya menulari beberapa negara dan kemudian berlanjut ke berbagai Negara di dunia sampai kemudian penyakit ini dinyatakan sebagai pandemi.Nampaknya varian virus influenza kini semakin menjadi ancaman. Kemunculan flu burung (virus H5N1) kemudian flu babi (virus A-H1N1).
Hipotesis ataupun dugaan para ahli adalah kemunculan flu babi ini merupakan hasil penggabungan virus baik virus asal unggas, dan asal manusia yang bermutasi di dalam tubuh babi kemudian melahirkan virus baru (H1N1) ?. pembuktian akan terus dilakukan, satu hal pasti dan harus diwaspadai, mutasi virus biasanya akan melahirkan varian baru yang tentunya lebih ganas/berbahaya. Apakah varian virus influenza A-H1N1 yang dimaksud dan sangat ganas ?, kira-kira demikian.
Kembali ke flu burung, penyakit yang sama-sama disebabkan oleh golongan virus influenza (orthomyxoviridae) namun berbeda galur ini juga termasuk virus yang berbahaya, baik secara ekonomi dapat mengancam peternakan karena menyebabkan kematian yang tinggi (dapat mencapai 100%) dan sifat zoonosisnya yang mengancam keselamatan manusia, meskipun penelitian terhadap penularan antarmanusia belum ada.
Berikut awal munculnnya flu burung di Indonesia sampai akhirnya dinyatakan sebagai wabah (kejadian luar biasa/KLB):
29 Agustus 2003: Muncul penyakit yang mematikan di peternakan ayam di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Setelah itu menyebar di sejumlah kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
23 Oktober 2003: Deptan mengonfirmasi wabah itu sebagai virus tetelo dengan jenis vilogenik viserotropik berdasarkan pengujian beberapa lembaga dan laboratorium.
28 Oktober 2003: Otoritas Agrifood and Veterinary Authority (AVA) Singapura telah melarang sementara impor burung dan unggas lainnya dari Indonesia karena adanya informasi wabah penyakit flu burung di beberapa daerah.
19 November 2003: Dua sumber independen yang layak dipercaya di Indonesia telah mengirim informasi adanya wabah flu burung ke International Society for Infectious Diseases (ISID). Mereka mengabarkan, wabah tersebut telah terjadi di Jawa Barat dan Sumatera.
22 Desember 2003: Pusat Informasi Unggas Indonesia (Pinsar) menyebutkan adanya keikutsertaan flu burung dalam wabah tetelo yang terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Virus tersebut tidak hanya diisolasi, tetapi sudah diidentifikasi melalui berbagai metode diagnostik. Pinsar menyarankan virus flu burung yang ditemukan sebaiknya dikirim ke laboratorium rujukan internasional di Australia, Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat.
15 Januari 2004: Sebuah tim yang terdiri atas Kepala Badan Karantina dan Direktur Kesehatan Hewan pergi ke Cina sekitar enam hari untuk mempelajari kasus flu burung, termasuk pengadaan vaksin.
21 Januari 2004: Dirjen Bina Produksi Peternakan menginformasikan bahwa pemerintah menunjuk PT Bio Farma untuk mengimpor vaksin flu burung dengan jenis patogenitas rendah.
24 Januari 2004: Ketua I Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) CA Nidom mengumumkan, dari identifikasi DNA dengan sampel 100 ayam yang diambil dari daerah wabah diketahui positif telah berjangkit flu burung.
25 Januari 2004: Deptan mengumumkan secara resmi kasus avian influenza terjadi di Indonesia, namun belum ditemukan korban manusia akibat wabah tersebut.http://drhyudi.blogspot.com/2009/04/sejarah-flu-burung-di-indonesia.html

Gejala Pada Manusia

Virus Flu Burung yang pada awalnya diketahui hanya bisa menular antar sesama unggas, menciptakan mutasi baru yang dapat juga menyerang manusia. Mutasi virus ini dapat menginfeksi manusia yang berkontak langsung dengan sekresi unggas yang terinfeksi. Manusia yang memiliki resiko tinggi tertular adalah anak-anak, karena memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah, pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas, serta pemilik unggas peliharaan rumahan.
Masa inkubasi virus adalah 1-7 hari dimana setelah itu muncul gejala-gejala seseorang terkena flu burung adalah dengan menunjukkan ciri-ciri berikut :
  1. Menderita ISPA
  2. Timbulnya demam tinggi (> 38 derajat Celcius)
  3. Sakit tenggorokan yang tiba-tiba
  4. Batuk, mengeluarkan ingus, nyeri otot
  5. Sakit kepala
  6. Lemas mendadak
  7. Timbulnya radang paru-paru (pneumonia) yang bila tidak mendapatkan penanganan tepat dapat menyebabkan kematian
Mengingat gejala Flu burung mirip dengan flu biasa, maka tidak ada yang bisa membedakan flu burung dan flu biasa. Jika ada penderita yang batuk, pilek dan demam yang tidak kunjung turun, maka disarankan untuk segera mengunjungi dokter atau rumah sakit terdekat.
Penderita yang diduga mengidap virus Flu burung disebut penderita suspect flu burung dimana penderita pernah mengunjungi peternakan yang berada di daerah yang terjangkit flu burung, atau bekerja dalam laboratorium yang sedang meneliti kasus flu burung, atau berkontak dengan unggas dalam waktu beberapa hari terakhir.
Kasus probable adalah kasus dimana pasien suspek mendapatkan hasil tes laboratorium yang terbatas hanya mengarah pada hasil penelitian bahwa virus yang diderita adalah virus jenis A, atau pasien meninggal karena pneumonia gagal.
Sedangkan kasus kompermasi adalah kasus suspek atau probable dimana telah didukung dengan hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan bahwa virus flu yang diderita adalah positif jenis H5N1, PCR influenza H5 positif dan peningkatan antibody H5 membesar 4 kalinya.
Namun, gejala yang dimunculkan oleh virus H5N1 ini berbeda-beda dimana ada kasus seorang anak laki-laki yang terinfeksi virus H5N1 yang mengalami diare parah dan diikuti dengan koma panjang tanpa mengalami gejala-gejala seperti influenza, oleh karena itu pemeriksaan secara medis penting dilakukan terutama bila mendapati timbulnya gejala penyakit yang tidak wajar.http://fluburung.org/gejala-pada-manusia.asp


Pengobatan

Penanganan flu burung dapat dilakukan dengan pengobatan atau pemberian obat flu seperti Tamiflu atau jenis lainnya, tapi harus tetap dalam pengawasan dokter atau pihak rumah sakit yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan RI.
Jenis obat penanggulangan infeksi flu burung ada 2, pertama adalah obat seperti amantadine dan rimantadine yaitu ion channel (M2) blocker, yang menghalagi aktivitas ion channel dari virus flu jenis A dan bukan jenis B sehingga aliran ion hydrogen dapat diblok dan virus tidak dapat berkembang biak.
Sayang sekali bahwa jenis obat yang pertama ini dapat memicu tingkat resistensi virus terhadap zat obat, sehingga di hari ke 5 hingga ke 7 setelah konsumsi obat, 16-35% dari virus akan resisten karena adanya mutasi pada protein M2 pada virus. Oleh karena itu, obat jenis ini tidak dijual bebas di sembarang apotik, meskipun dengan pemberian resep dokter, karena dikhawatirkan kesalahan pemberian obat dapat menimbulkan munculnya jenis virus baru yang lebih ganas dan kebal terhadap obat ini.
Jenis obat yang kedua adalah Neurimidase (NA) inhibitor, jenis seperti Zanamivir dan Oseltamivir, dengan protein NA-nya yang berfungsi melepaskan virus yang bereplikasi di dalam sel, sehingga virus tidak dapat keluar dari dalam sel. Virus ini nantinya akan menempel di permukaan sel saja dan tidak akan pindah ke sel yang lain. Jenis obat yang kedua ini tidak menimbulkan resisten pada tubuh virus seperti jenis pada ion channel blocker.
Hingga sekarang peneliti telah berusaha keras untuk menciptakan jenis vaksin yang dapat mengantisipasi pandemik virus H5N1, namun karena virus ini selalu bermutasi maka dirasa penciptaan vaksin yang efektif tidak dapat cukup kuat melawan jenis virus H5N1 yang sekarang walaupun dirasa dapat efektif untuk mengantisipasi jenis baru yang akan muncul.
Walaupun penelitian vaksin jenis baru sedang digalakkan, WHO mengatakan bahwa percobaan klinis virus jenis pertama haruslah tetap dilakukan sebagai langkah yang esensial untuk mengatasi pandemik yang mungkin akan terjadi.http://fluburung.org/pengobatan-flu-burung.asp


Pencegahan
 
  •         Letakkan kandang peternakan jauh dari permukiman penduduk dan usahakan jauh dari peternakan babi
  •         Menempatkan peralatan kandang jauh dari saluran air yang biasa digunakan unggas
  •         Penjagaan ayam ternak harus dikelilingi pagar dan ditutup  rapat untuk menjaga keluar masuknya orang yang tidak berkepentingan
  •         Penjagaan ayam ternak untuk tidak menggunakan air yang mungkin digunakan oleh unggas liar lainnya. Perbaikan kandang mutlak diperlukan untuk mencegah masuknya unggas liar masuk
  •         Usahakan memberi makan ayam pada kandang tertutup, jangan ada makanan yang tercecer pada tempat terbuka untuk mengundang burung liar singgah
  •         Ayam peliharaan ditempatkan dan dikelompokan berdasarkan umurnya
  •         Member desinfektan untuk seluruh peralatan yang digunakan dalam peternakan
  •         Memberi pakan yang bersih dan sudah didesinfeksi bagi karyawan yang menangani ayam ternak. Lengkapi dengan masker untuk menghindari penularan flu burung dari unggas ke manusia
  •         Penanganan kotoran dan limbah dengan baik karena utamanya penularan flu burung melalui kotoran ayam
  •         Ayam yang sakit atau mati harus dikeluarkan dibakar diinsenator, jangan keluar peternakan. Dan laporkan ke pihak berwenang untuk mencegah penularan lebih lanjut.http://disnakeswan.kalbarprov.go.id/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=117&Itemid=131


 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Afriyanti Copyright © 2009 Girlymagz is Designed by Bie Girl Vector by Ipietoon