Sabtu, 29 Juni 2013
Sabtu, 27 Oktober 2012
Author: Unknown
| Posted at: 21.00 |
|
0
komentar
A.Perbedaan Tuhan dan Ketuhanan dalam konsep Agama Islam
Menurut
konsep Islam Tuhan adalah Zat yang Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa. Ia adalah
Pencipta yang Maha Kuasa dan Maha Tahu. Dia abadi yang menentukan takdir dan
hakim semesta Alam.
Islam
menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih
dan Maha Kuasa. Menurut al-Qur'an terdapat 99
Nama Allah (asma'ul
husna artinya:
"nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat
Tuhan yang berbeda. Semua nama
tersebut mengacu pada Allah,
nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di
antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan
adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha
Penyayang" (ar-rahim).
Sedangkan
Ketuhanan ialah perasaan dimana kita yakin terhadap Tuhan.
Jelaslah bahwa
konsep ketuhanan yang benar hanyalah yang berdasarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah,
bukan konsep ketuhanan yang dibuat oleh manusia. Pluralitas ketuhanan dalam
sejarah tidak hanya sekadar perbedaan nama dan cara bertuhan, tetapi juga
substansi ketuhanan. Jika hanya sekadar bahasa, misalnya dalam bahasa Indonesia
kata rabb dan ilah kita terjemahkan dengan Tuhan, atau dalam bahasa Inggris
disebut God, tentu tidak jadi masalah, karena yang dimaksud dengan tuhan dan
God itu adalah Allah SWT. Tetapi jika perbedaannya sampai kepada sifat dan
af’al Tuhan, apalagi satu sama lain saling bertentangan, tentu perbedaan
seperti itu tidak dapat dibenarkan.
وَ رَبُّكَ الْغَنِيُّ ذُو الرَّحْمَةِ إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَ يَسْتَخْلِفْ مِنْ بَعْدِكُمْ ما يَشاءُ كَما أَنْشَأَكُمْ مِنْ ذُرِّيَّةِ قَوْمٍ آخَرينَ
Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai
rahmat. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkanmu dan menggantimu dengan
siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah
menjadikanmu dari keturunan orang-orang lain.
B.
Potensi manusia dalam pandangan Islam
1.Potensi
Akal
Manusia memiliki potensi akal
yang dapat menyusun konsep-konsep, mencipta, mengembangkan, dan mengemukakan
gagasan. Dengan potensi ini, manusia dapat melaksanakan tugas-tugasnya sebagai
pemimpin di muka bumi. Namun, faktor subjektivitas manusia dapat mengarahkan
manusia pada kesalahan dan kebenaran.
وَ اخْتِلَافِ الَّيْلِ وَ النهََّارِ وَ مَا أَنزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِن رِّزْقٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتهَِا وَ تَصْرِيفِ الرِّيَاحِ ءَايَاتٌ
لِّقَوْمٍ يَعْقِلُون
Dan (pada) pertukaran malam dan
siang silih berganti, dan juga (pada) rezeki yang diturunkan oleh Allah dari
langit, lalu Ia hidupkan dengannya tumbuh-tumbuhan di bumi sesudah matinya,
serta (pada) peredaran angin, (semuanya itu mengandungi) tanda-tanda (yang
membuktikan keesaan Allah, kekuasaanNya, kebijaksanaanNya, serta keluasan
rahmatNya) bagi kaum yang mahu menggunakan akal fikiran (liqaumiy
ya’qiluun). (QS. Al-Jatsiyah: 5)
2.Potensi
Ruh
Manusia memiliki ruh. Banyak pendapat
para ahli tentang ruh. Ada yang mengatakan bahwa ruh pada manusia adalah nyawa.
Sementara sebagian yang lain memahami ruh pada manusia sebagai dukungan dan
peneguhan kekuatan batin. Soal ruh ini memang bukan urusan manusia karena
manusia memiliki sedikit ilmu pengetahuan. Biarlah urusan ruh menjadi urusan
Tuhan. Allah swt berfirman :
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Katakanlah, “Ruh adalah urusan
Tuhan-Ku, kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit”. (QS. Al-Isra: 85)
3.Potensi
Qalbu
Qalbu disini tidak dimaknai
sekadar ‘hati’ yang ada pada manusia. Qalbu lebih mengarah pada aktivitas rasa
yang bolak-balik. Sesekali senang, sesekali susah. Kadang setuju kadang
menolak.
Qalbu berhubungan dengan
keimanan. Qalbu merupakan wadah dari rasa takut, cinta, kasih sayang, dan
keimanan. Karena qalbu ibarat sebuah wadah, ia berpotensi menjadi kotor atau
tetap bersih. Rasulullah bersabda :
“Qalbu itu ada empat macam, pertama, qalbu
yang bersih di dalamnya terdapat pelita yang bersinar cemerlang, itulah qalbu
mu’min; kedua, qalbu yang hitam terbslik, itulah qalbu orang kafir; ketiga,
yang terbungkus dan terikat pada bungkusnya, itulah qlabu orang yang munafik;
dan keempat, qalbu yang tercampur, didalamnya terdapat iman dan nifaq.”
4.Potensi
Fitrah
Manusia pada saat lahir memiliki
potensi fitrah. Fitrah tidak dimaknai melulu sebagai sesuatu yang suci. Fitrah
disini adalah bawaan sejak lahir. Fitrah manusia sejak lahir adalah membawa
agama yang lurus. Namun, kondisi fitrah ini berpotensi tercampur dengan yang
lain dalam proses perkembangannya.
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًا فِطْرَتَ اللهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَ تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللهِ ذَلِكَ الدَّيْنُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَيَعْلَمُوْنَ
Hadapkanlah wajahmu dengan
lurus pada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS ar-Rum [30]: 30).
5.Potensi
Nafs
Dalam bahasa Indonesia, nafs diserap menjadi nafsu yang berarti
‘dorongan kuat untuk berbuat kurang baik’. Semntara nafs yang ada pada manusia tidak hanya dorongan berbuat
buruk,tetapi berpotensi berbuat baik. Dengan kata lain, nafs ini berpotensi positif dan negatif.
Hakikatnya, nafs pada diri
manusia cenderung berpotensi positif. Namun, potensi negatif daya tariknya
lebih kuat dari pada potensi negatif. Oleh karena itu, manusia diminta untuk
menjaga kesucian nafsnya agar tidak kotor.
(٢٨) مَّرْضِيَّةًرَاضِيَةًرَبِّكِ إِلَى ارْجِعِي (٢٧) الْمُطْمَئِنَّةُالنَّفْسُ أَيَّتُهَايَا
(٣٠) جَنَّتِي وَادْخُلِي (٢٩) عِبَادِي فِي فَادْخُلِي
“Hai
jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam
surga-Ku” (QS Al-Fajr [89]:27-30)
C. Pengertian Agama Islam dan Ruang Lingkup Ajaran
Islam
Pengertian Agama Islam
Etimologi
Berdasarkan ilmu bahasa (Etimologi) kata ”Islam”
berasal dari bahasa Arab, yaitu kata salima yang berarti selamat, sentosa dan
damai. Dari kata itu terbentuk kata aslama, yuslimu, islaman, yang berarti juga
menyerahkan diri, tunduk, paruh, dan taat. Sedangkan muslim yaitu orang yang
telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, patuh, dan tunduk kepada Allah
s.w.t
Terminilogo
Secara istilah (terminologi), Islam berarti suatu nama
bagi agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Allah kepada manusia melalui
seorang rasul. Ajaran-ajaran yang dibawa oleh Islam merupakan ajaran manusia
mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Islam merupakan ajaran yang
lengkap , menyeluruh dan sempurna yang mengatur tata cara kehidupan seorang
muslim baik ketika beribadah maupun ketika berinteraksi dengan lingkungannya.
Islam juga merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Ya’kub, Nabi Musa, Nabi Sulaiman, Nabi Isa as. Dan nabi-nabi lainnya.
Islam juga merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Ya’kub, Nabi Musa, Nabi Sulaiman, Nabi Isa as. Dan nabi-nabi lainnya.
Dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 132, Allah berfirman :
وَوَصَّىٰ بِہَآ إِبۡرَٲهِـۧمُ بَنِيهِ وَيَعۡقُوبُ يَـٰبَنِىَّ إِنَّ
ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ
Artinya
:
”Nabi
Ibrahim telah berwasiat kepada anak-anaknya, demikian pula Nabi Ya’kub, Ibrahim
berkata : Sesungguhnya Allah telah memilih agama Islam sebagai agamamu, sebab
itu janganlah kamu meninggal melainkan dalam memeluk agama Islam”. (QS.
Al-Baqarah, 2:132)
Nabi
Isa juga membawa agama Islam, seperti dijelaskan dalam ayat yang berbunyi
sebagai berikut :
فَلَمَّآ أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنۡہُمُ ٱلۡكُفۡرَ قَالَ مَنۡ أَنصَارِىٓ إِلَى
ٱللَّهِۖ قَالَ ٱلۡحَوَارِيُّونَ نَحۡنُ أَنصَارُ ٱللَّهِ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ
وَٱشۡهَدۡ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ
Artinya
:
”Maka
ketika Nabi Isa mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkata dia :
Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan agama Allah
(Islam)? Para Hawariyin (sahabat beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa
sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim” (QS.
Ali Imran, 3:52).
Dengan demikian Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-rasul-Nya untuk diajarkankan kepada manusia. Dibawa secara berantai (estafet) dari satu generasi ke generasi selanjutnya dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Islam adalah rahmat, hidayat, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manifestasi dari sifat rahman dan rahim Allah swt.
Agama-agama selain Islam umumnya diberi nama yang dihubungkan dengan manusia yang mendirikan atau yang menyampaikan agama itu atau dengan tempat lahir agama bersangkutan seperti agama Budha (Budhism), agama Kristen (Christianity), atau agama Yahudi (Judaism). Nama agama yang disampaikan oleh Nabi Muhammad ini tidak dihubungkan dengan nama orang yang menyampaikan wahyu itu kepada manusia atau nama tempat agama itu mula-mula tumbuh dan berkembang. Pendidikan Agama Islam – Hal 2.
Oleh karena itu penamaan Muhamedanism untuk agama Islam dan Mohammedan untuk orang-orang Islam yang telah dilakukan berabad- abad oleh orang Barat, terutama oleh para orientalis adalah salah. Kesalahan ini disebabkan karena para penulis Barat menyamakan agama Islam dengan agama-agama lain, misalnya dengan Chrisianity yang diajarkan oleh Jesus Kristus atau Budhism yang diajarkan oleh Budha Gautama dan lain-lain.
Memahami ajaran Islam dengan sebaik-baiknya, merupakan komitmen umat Islam terhadap Islam. Komitmen tersebut intinya terdapat dalam QS. Al-Asr(103) yang berbunyi :
Dengan demikian Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-rasul-Nya untuk diajarkankan kepada manusia. Dibawa secara berantai (estafet) dari satu generasi ke generasi selanjutnya dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Islam adalah rahmat, hidayat, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manifestasi dari sifat rahman dan rahim Allah swt.
Agama-agama selain Islam umumnya diberi nama yang dihubungkan dengan manusia yang mendirikan atau yang menyampaikan agama itu atau dengan tempat lahir agama bersangkutan seperti agama Budha (Budhism), agama Kristen (Christianity), atau agama Yahudi (Judaism). Nama agama yang disampaikan oleh Nabi Muhammad ini tidak dihubungkan dengan nama orang yang menyampaikan wahyu itu kepada manusia atau nama tempat agama itu mula-mula tumbuh dan berkembang. Pendidikan Agama Islam – Hal 2.
Oleh karena itu penamaan Muhamedanism untuk agama Islam dan Mohammedan untuk orang-orang Islam yang telah dilakukan berabad- abad oleh orang Barat, terutama oleh para orientalis adalah salah. Kesalahan ini disebabkan karena para penulis Barat menyamakan agama Islam dengan agama-agama lain, misalnya dengan Chrisianity yang diajarkan oleh Jesus Kristus atau Budhism yang diajarkan oleh Budha Gautama dan lain-lain.
Memahami ajaran Islam dengan sebaik-baiknya, merupakan komitmen umat Islam terhadap Islam. Komitmen tersebut intinya terdapat dalam QS. Al-Asr(103) yang berbunyi :
وَٱلۡعَصۡرِ (١
إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ لَفِى خُسۡرٍ (٢
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ
بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ (٣
Artinya
:
Demi
masa. (1)
Sesungguhnya
manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (2)
kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya menta’ati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
(3)
Berdasarkan dari surat Al-Asr di atas ada 5 (lima) komitmen atau kerikatan seorang muslim dan muslimat terhadap Islam. Komitmen tersebut adalah :
1.
Meyakini, mengimani kebebaran
agama Islam seyakin-yakinnya.
2.
Mempelajari, mengilmui ajaran
Islam secara baik dan benar.
3.
Mengamalkan ajaran Islam dalam
kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
4.
Mendakwahkan, menyebarkan
ajaran Islam secara bijaksana disertai argumentasi yang meyakinkan dengan
bahasa yang baik dan,
5.
Sabar dalam berIslam, dalam
meyakini mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan agama Islam.
Ruang Lingkup Ajaran Islam
Ruang lingkup ajaran islam
meliputi tiga bidang yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak
a.Aqidah
Aqidah arti bahasanya ikatan atau sangkutan. Bentuk jamaknya ialah aqa’id. Arti aqidah menurut istilah ialah keyakinan hidup atau lebih khas lagi iman. Sesuai dengan maknanya ini yang disebut aqidah ialah bidang keimanan dalam islam dengan meliputi semua hal yang harus diyakini oleh seorang muslim/mukmin. Terutama sekali yang termasuk bidang aqidah ialah rukun iman yang enam, yaitu iman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-rasul-Nya, kepada hari Akhir dan kepada qada’dan qadar.
Aqidah arti bahasanya ikatan atau sangkutan. Bentuk jamaknya ialah aqa’id. Arti aqidah menurut istilah ialah keyakinan hidup atau lebih khas lagi iman. Sesuai dengan maknanya ini yang disebut aqidah ialah bidang keimanan dalam islam dengan meliputi semua hal yang harus diyakini oleh seorang muslim/mukmin. Terutama sekali yang termasuk bidang aqidah ialah rukun iman yang enam, yaitu iman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-rasul-Nya, kepada hari Akhir dan kepada qada’dan qadar.
b.Syari’ah
Syari’ah arti bahasanya jalan, sedang arti istilahnya ialah peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan tiga pihak Tuhan, sesama manusia dan alam seluruhnya, peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan disebut ibadah, dan yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan alam seluruhnya disebut Muamalah. Rukun Islam yang lima yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji termasuk ibadah, yaitu ibadah dalam artinya yang khusus yang materi dan tata caranya telah ditentukan secara parmanen dan rinci dalam al-Qur’an dan sunnah Rasululah Saw.
Selanjutnya muamalah dapat dirinci lagi, sehingga terdiri dari
Syari’ah arti bahasanya jalan, sedang arti istilahnya ialah peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan tiga pihak Tuhan, sesama manusia dan alam seluruhnya, peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan disebut ibadah, dan yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan alam seluruhnya disebut Muamalah. Rukun Islam yang lima yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji termasuk ibadah, yaitu ibadah dalam artinya yang khusus yang materi dan tata caranya telah ditentukan secara parmanen dan rinci dalam al-Qur’an dan sunnah Rasululah Saw.
Selanjutnya muamalah dapat dirinci lagi, sehingga terdiri dari
·
Munakahat (perkawinan), termasuk di dalamnya soal
harta waris (faraidh) dan wasiat
·
Tijarah (hukum niaga) termasuk di dalamnya soal
sewa-menyewa, utang-piutang, wakaf.
·
Hudud dan jinayat keduanya merupakan hukum pidana
islam
Hudud ialah hukum bagi
tindak kejahatan zina, tuduhan zina, merampok, mencuri dan minum-minuman keras.
Sedangkan jinayat adalah hukum bagi tindakan kejahatan pembunuhan, melukai
orang, memotong anggota, dan menghilangkan manfaat badan, dalam tinayat berlaku
qishas yaitu “hukum balas”
·
Khilafat (pemerintahan/politik islam)
·
Jihad (perang), termasuk juga soal ghanimah (harta
rampasan perang) dan tawanan).
·
Akhlak/etika
c.Akhlak
Akhlak adalah berasal dari
bahasa Arab jamat dari “khuluq” yang artinya perangai atau tabiat. Sesuai
dengan arti bahasa ini, maka akhlak adalah bagian ajaran islam yang mengatur
tingkahlaku perangai manusia. Ibnu Maskawaih mendefenisikan akhlak dengan
“keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan tanpa
melalui pertimbangan fikiran”.
Akhlak ini meliputi akhlak manusia kepada tuhan, kepada nabi/rasul, kepada diri sendiri, kepada keluarga, kepada tetangga, kepada sesama muslim, kepada non muslim.
Dalam Islam selain akhlak dikenal juga istilah etika. Etika adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat (Amin, 1975 : 3)
Jadi, etika adalah perbuatan baik yang timbul dari orang yang melakukannya dengan sengaja dan berdasarkan kesadarannya sendiri serta dalam melakukan perbuatan itu dia tau bahwa itu termasuk perbuatan baik atau buruk.
Etika harus dibiasakan sejak dini, seperti anak kecil ketika makan dan minum dibiasakan bagaimana etika makan atau etika minum, pembiasaan etika makan dan minum sejak kecil akan berdampak setelah dewasa. Sama halnya dengan etika berpakaian, anak perempuan dibiasakan menggunakan berpakaian berciri khas perempuan seperti jilbab sedangkan laki-laki memakai kopya dan sebagainya. Islam sangat memperhatikan etika berpakai sebagaimana yang tercantum dalam surat al-Ahsab di atas.
D.
Sifat-Sifat Allah SWT. Beserta artinya
1.
Wujud : Artinya Ada
Yaitu tetap dan benar yang wajib bagi zat Allah
Ta’ala yang tiada disebabkan dengan sesuatu sebab. Maka wujud ( Ada ) – disisi
Imam Fakhru Razi dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi bukan ia a’in maujud dan bukan
lain daripada a’in maujud , maka atas qaul ini adalah wujud itu Haliyyah ( yang
menepati antara ada dengan tiada) . Tetapi pada pendapat Imam Abu Hassan
Al-Ashaari wujud itu ‘ain Al-maujud , karena wujud itu zat maujud karena
tidak disebutkan wujud melainkan kepada zat. Kepercayaan bahwa wujudnya Allah
SWT. bukan saja di sisi agama Islam tetapi semua kepercayaan di dalam dunia ini
mengaku menyatakan Tuhan itu ada. Firman Allah SWT. yang bermaksud :
” Dan jika kamu tanya orang-orang kafir itu siapa
yang menjadikan langit dan bumi nescaya berkata mereka itu Allah yang
menjadikan……………” ( Surah Luqman : Ayat 25 )
2. Qidam : Artinya Sedia
Pada
hakikatnya menafikan ada permulaan wujud Allah SWT karena Allah SWT. menjadikan
tiap-tiap suatu yang ada, yang demikian tidak dapat tidak keadaannya lebih
dahulu daripada tiap-tiap sesuatu itu. Jika sekiranya Allah Ta’ala tidak lebih
dahulu daripada tiap-tiap sesuatu, maka hukumnya adalah mustahil dan batil.
Maka apabila disebut Allah SWT. bersifat Qidam maka jadilah ia qadim. Di dalam
Ilmu Tauhid ada satu perkataan yang sama maknanya dengan Qadim Yaitu Azali.
Setengah ulama menyatakan bahwa kedua-dua perkataan ini sama maknanya Yaitu sesuatu
yang tiada permulaan baginya. Maka qadim itu khas dan azali itu am. Dan bagi
tiap-tiap qadim itu azali tetapi tidak boleh sebaliknya, Yaitu tiap-tiap azali
tidak boleh disebut qadim. Adalah qadim dengan nisbah kepada nama terbahagi
kepada empat bagian :
·
Qadim Sifati ( Tiada permulaan sifat Allah Ta’ala )
·
Qadim Zati ( Tiada permulaan zat Allah Ta’ala )
·
Qadim Idhafi ( Terdahulu sesuatu atas sesuatu seperti terdahulu bapa nisbah
kepada anak )
·
Qadim Zamani ( Lalu masa atas sesuatu sekurang-kurangnya satu tahun )
Maka
Qadim Haqiqi ( Qadim Sifati dan Qadim Zati ) tidak harus dikatakan lain
daripada Allah Ta’ala.
3. Baqa’ : Artinya Kekal
Sentiasa
ada, kekal ada dan tiada akhirnya Allah SWT . Pada hakikatnya ialah menafikan ada
kesudahan bagi wujud Allah Ta’ala. Adapun yang lain daripada Allah Ta’ala , ada
yang kekal dan tidak binasa Selama-lamanya tetapi bukan dinamakan kekal yang
hakiki ( yang sebenar ) Bahkan kekal yang aradhi ( yang mendatang jua seperti
Arasy, Luh Mahfuz, Qalam, Kursi, Roh, Syurga, Neraka, jisim atau jasad para
Nabi dan Rasul ). Perkara –perkara tersebut kekal secara mendatang tatkala ia
bertakluq dengan Sifat dan Qudrat dan Iradat Allah Ta’ala pada mengekalkannya.
Segala jisim semuanya binasa melainkan ‘ajbu Az-zanabi ( tulang kecil seperti
biji sawi letaknya di tungking manusia, itulah benih anak Adam ketika bangkit
daripada kubur kelak ). Jasad semua nabi-nabi dan jasad orang-orang syahid
berjihad Fi Sabilillah yang mana ianya adalah kekal aradhi jua. Disini nyatalah
perkara yang diiktibarkan permulaan dan kesudahan itu terbahagi kepada 3 bagian
:
·
Tiada permulaan dan tiada kesudahan Yaitu zat dan sifat Alllah SWT.
·
Ada permulaan tetapi tiada kesudahan Yaitu seperti Arash, Luh Mahfuz , syurga
dan lain-lain lagi.
·
Ada permulaan dan ada kesudahan Yaitu segala makhluk yang lain daripada perkara
yang diatas tadi ( Kedua ).
4. Mukhalafatuhu Ta’ala Lilhawadith. Artinya : Bersalahan Allah Ta’ala dengan
segala yang baharu.
Pada
zat , sifat atau perbuatannya sama ada yang baru , yang telahada atau yang
belum ada. Pada hakikat nya adalah menafikan Allah Ta’ala menyerupai dengan
yang baharu pada zatnya , sifatnya atau perbuatannya. Sesungguhnya zat Allah
Ta’ala bukannya berjirim dan bukan aradh Dan tiada sesekali zatnya berdarah ,
berdaging , bertulang dan juga bukan jenis leburan , tumbuh-tumbuhan , tiada
berpihak ,tiada bertempat dan tiada dalam masa. Dan sesungguhnya sifat Allah
Ta’ala itu tiada bersamaan dengan sifat yang baharu karena sifat Allah Ta’ala
itu qadim lagi azali dan melengkapi ta’aluqnya. Sifat Sama’ ( Maha Mendengar )
bagi Allah Ta’ala berta’aluq ia pada segala maujudat tetapi bagi mendengar pada
makhluk hanya pada suara saja. Sesungguhnya di dalam Al-Quraan dan Al-Hadith
yang menyebut muka dan tangan Allah SWT. , maka perkataan itu hendaklah kita
iktiqadkan thabit ( tetap ) secara yang layak dengan Allah Ta’ala Yang Maha
Suci daripada berjisim dan Maha Suci Allah Ta’ala bersifat dengan segala sifat
yang baharu.
5. Qiyamuhu Ta’ala Binafsihi : Artinya : Berdiri Allah Ta’ala dengan
sendirinya .
Tidak
berkehendak kepada tempat berdiri ( pada zat ) dan tidak berkehendak kepada
yang menjadikannya Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan Allah SWT.
berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang menjadikannya. Allah SWT itu
terkaya dan tidak berhajat kepada sesuatu sama adapada perbuatannya atau
hukumannya. Allah SWT menjadikan tiap-tiap sesuatu dan mengadakan undang-undang
semuanya untuk faedah dan maslahah yang kembali kepada sekalian makhluk . Allah
SWT menjadikan sesuatu ( segala makhluk ) adalah karena kelebihan dan belas
kasihannya bukan berhajat kepada faedah. Allah SWT. Maha Terkaya daripada
mengambil apa-apa manafaat di atas kataatan hamba-hambanya dan tidak sesekali
menjadi mudharat kepada Allah Ta’ala atas sebab kemaksiatan dan kemungkaran
hamba-hambanya. Apa yang diperintahkan atau ditegah pada hamba-hambanya adalah
perkara yang kembali faedah dan manafaatnya kepada hamba-hambaNya jua. Firman
Allah SWT. yang bermaksud :
” Barangsiapa
berbuat amal yang soleh ( baik ) maka pahalanya itu pada dirinya jua dan
barangsiapa berbuat jahat maka balasannya (siksaannya ) itu tertanggung ke atas
dirinya jua “. ( Surah Fussilat : Ayat 46 ). Syeikh Suhaimi r.a.h berkata
adalah segala yang maujudat itu dengan nisbah berkehendak kepada tempat dan
kepada yang menjadikannya, terbahagi kepada empat bagian :
·
Terkaya daripada tempat berdiri dan daripada yang menjadikannya Yaitu zat Allah
SWT.
·
Berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang menjadikannya Yaitu segala
aradh ( segala sifat yang baharu ).
·
Terkaya daripada zat tempat berdiri tetapi berkehendak kepada yang
menjadikannya Yaitu segala jirim. ( Segala zat yang baharu ) .
·
Terkaya daripada yang menjadikannya dan berdiri ia pada zat Yaitu sifat Allah
Ta’ala.
6. Wahdaniyyah. Artinya : Esa Allah Ta’ala pada zat, pada sifat & pada
perbuatan.
Maka
hakikatnya ibarat daripada menafikan berbilang pada zat, pada sifat dan pada
perbuatan sama ada bilangan yang muttasil (yang berhubung ) atau bilangan yang
munfasil ( yang bercerai ).
Makna
Esa Allah SWT pada zat itu Yaitu menafikan Kam Muttasil pada Zat ( menafikan
bilangan yang berhubung dengan zat ) seperti tiada zat Allah Ta’ala tersusun
daripada darah , daging , tulang ,urat dan lain-lain. Dan menafikan Kam
Munfasil pada zat ( menafikan bilangan yang bercerai pada zat Allah Ta’ala
)seperti tiada zat yang lain menyamai zat Allah Ta’ala.
Makna
Esa Allah SWT pada sifat Yaitu menafikan Kam muttasil pada Sifat ( menafikan
bilangan yang berhubung pada sifatnya ) Yaitu tidak sekali-kali bagi Allah
Ta’ala pada satu-satu jenis sifatnya dua qudrat dan menafikan Kam Munfasil pada
sifat ( menafikan bilangan –bilangan yang bercerai pada sifat ) Yaitu tidak ada
sifat yang lain menyamai sebagaimana sifat Allah SWT. yang Maha Sempurna.
Makna
Esa Allah SWT pada perbuatan Yaitu menafikan Kam Muttasil pada perbuatan (
menafikan bilangan yang bercerai–cerai pada perbuatan ) Yaitu tidak ada
perbuatan yang lain menyamai seperti perbuatan Allah bahkan segala apa yang
berlaku di dalam alam semuanya perbuatan Allah SWT sama ada perbuatan itu baik
rupanya dan hakikatnya seperti iman dan taat atau jahat rupanya tiada pada
hakikat-nya seperti kufur dan maksiat sama ada perbuatan dirinya atau perbuatan
yang lainnya ,semuanya perbuatan Allah SWT dan tidak sekali-kali hamba
mempunyai perbuatan pada hakikatnya hanya pada usaha dan ikhtiar yang tiada
memberi bekas. Maka wajiblah bagi Allah Ta’ala bersifat Wahdaniyyah dan ternafi
bagi Kam yang lima itu Yaitu :
1. Kam
Muttasil pada zat.
2. Kam
Munfasil pada zat.
3. Kam
Muttasil pada sifat.
4. Kam
Munfasil pada sifat.
5. Kam
Munfasil pada perbuatan.
Maka
tiada zat yang lain , sifat yang lain dan perbuatan yang lain menyamai dengan
zat , sifat dan perbuatan Allah SWT . Dan tertolak segala
kepercayaan-kepercayaan yang membawa kepada menyekutukan Allah Ta’ala dan
perkara-perkara yang menjejaskan serta merusakkan iman.
7. Al – Qudrah : Artinya : Kuasa qudrah Allah SWT.
Memberi
bekas pada mengadakan meniadakan tiap-tiap sesuatu. Pada hakikatnya ialah satu
sifat yang qadim lagi azali yang thabit ( tetap ) berdiri pada zat Allah SWT.
yang mengadakan tiap-tiap yang ada dan meniadakan tiap-tiap yang tiada
bersetuju dengan iradah. Adalah bagi manusia itu usaha dan ikhtiar tidak boleh
memberi bekas pada mengadakan atau meniadakan , hanya usaha dan ikhtiar pada
jalan menjayakan sesuatu . Kepercayaan dan iktiqad manusia di dalam perkara ini
berbagai-bagaiFikiran dan fahaman seterusnya membawa berbagai-bagai kepercayaan
dan iktiqad.
8. Iradah : Artinya : Menghendaki Allah Ta’ala.
Maksudnya
menentukan segala mumkin ttg adanya atau tiadanya. Sebenarnya adalah sifat yang
qadim lagi azali thabit berdiri pada Zat Allah Ta’ala yang menentukan segala
perkara yang harus atau setengah yang harus atas mumkin . Maka Allah Ta’ala
yang selayaknya menghendaki tiap-tiap sesuatu apa yang diperbuatnya. Umat Islam
beriktiqad akan segala hal yang telah berlaku dan yang akan berlaku adalah
dengan mendapat ketentuan daripada Allah Ta’ala tentang rezeki , umur , baik ,
jahat , kaya , miskin dan sebagainya serta wajib pula beriktiqad manusia ada
mempunyai nasib ( bagian ) di dalam dunia ini sebagaimana firman Allah SWT.
yang bermaksud : ” Janganlah kamu lupakan nasib ( bagian ) kamudi dalam dunia ”
. (Surah Al – Qasash : Ayat 77). Kesimpulannya ialah umat Islam mestilah
bersungguh-sungguh untuk kemajuan di dunia dan akhirat di mana menjunjung titah
perintah Allah Ta’aladan menjauhi akan segala larangan dan tegahannyadan
bermohon dan berserah kepada Allah SWT.
9. ‘Ilmu : Artinya : Mengetahui Allah Ta’ala .
Maksudnya
nyata dan terang meliputi tiap-tiap sesuatu sama ada yangMaujud (ada) atau yang
Ma’adum ( tiada ). Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada ( thabit ) qadim
lagi azali berdiri pada zat Allah Ta’ala. Allah Ta’ala Maha Mengetahui akan
segala sesuatu sama ada perkara. Itu tersembunyi atau rahasia dan juga yang
terang dan nyata. Maka ’ilmu Allah Ta’ala Maha Luas meliputi tiap-tiap sesuatu
diAlam yang fana’ ini.
10. Hayat . Artinya : Hidup Allah Ta’ala.
Hakikatnya
ialah satu sifat yang tetap qadim lagi azali berdiri pada zat Allah Ta’ala .
Segala sifat yang ada berdiri pada zat daripada sifat Idrak ( pendapat ) Yaitu
: sifat qudrat, iradat , Ilmu , Sama’ Bashar dan Kalam.
11. Sama’ : Artinya : Mendengar Allah Ta’ala.
Hakikatnya
ialah sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri pada Zat Allah Ta’ala.
Yaitu dengan terang dan nyata pada tiap-tiap yang maujud sama ada yang maujud
itu qadim seperti ia mendengar kalamnya atau yang ada itu harus sama ada atau
telah ada atau yang akan diadakan. Tiada terhijab (terdinding ) seperti dengan
sebab jauh , bising , bersuara , tidak bersuara dan sebagainya. Allah Ta’ala
Maha Mendengar akan segala yang terang dan yang tersembunyi. Sebagaimana firman
Allah Ta’ala yang bermaksud :
” Dan
ingatlah Allah sentiasa Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “.
( Surah
An-Nisa’a – Ayat 148 )
12. Bashar : Artinya : Melihat Allah Ta’ala .
Hakikatnya
ialah satu sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri pada zat Allah
Ta’ala. Allah Ta’ala wajib bersifat Maha Melihat sama ada yang dapat dilihat
oleh manusia atau tidak, jauh atau dekat , terang atau gelap , zahir atau
tersembunyi dan sebagainya. Firman Allah Ta’ala yang bermaksud : ” Dan Allah
Maha Melihat akan segala yang mereka kerjakan “. ( Surah Ali Imran – Ayat 163 )
13 .Kalam : Artinya : Berkata-kata Allah Ta’ala.
Hakikatnya
ialah satu sifat yang tetap ada , yang qadim lagi azali , berdiri pada zat
Allah Ta’ala. Menunjukkan apa yang diketahui oleh ilmu daripada yang wajib,
maka ia menunjukkan atas yang wajib sebagaimana firman Allah Ta’ala yang
bermaksud : ” Aku Allah , tiada tuhan melainkan Aku ………”. ( Surah Taha – Ayat
14 ) Dan daripada yang mustahil sebagaimana firman Allah Ta’ala yang bermaksud
: ” ……..( kata orang Nasrani ) bahwasanya Allah Ta’ala yang ketiga daripada
tiga……….”. (Surah Al-Mai’dah – Ayat 73). Dan daripada yang harus sebagaimana
firman Allah Ta’ala yang bermaksud : ” Padahal Allah yang mencipta kamu dan
benda-benda yang kamu perbuat itu”. (Surah Ash. Shaffaat – Ayat 96). Kalam
Allah Ta’ala itu satu sifat jua tiada berbilang. Tetapi ia berbagai-bagai jika
dipandang dari perkara yang dikatakan Yaitu :
1.
Menunjuk kepada ‘amar ( perintah ) seperti tuntutan mendirikan solat dan
lain-lain kefardhuan.
2.
Menunjuk kepada nahyu ( tegahan ) seperti tegahan mencuri dan lain-lain
larangan.
3.
Menunjuk kepada khabar ( berita ) seperti kisah-kisah Firaundan lain-lain.
4.
Menunjuk kepada wa’ad ( janji baik ) seperti orang yang taat dan beramal soleh
akan dapat balasan syurga dan lain-lain.
5.
Menunjuk kepada wa’ud ( janji balasan siksa ) seperti orang yang mendurhaka
kepada ibu & bapak akan dibalas dengan azab siksa yang amat berat.
14. Kaunuhu Qadiran : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan
Mentiadakan.
Hakikatnya
Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Qudrat.
15.Kaunuhu Muridan : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan
tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya
Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala , tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Iradat.
16.Kaunuhu ‘Aliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya
Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum , Yaitu lain daripada sifat ‚Ilmu.
17.Kaunuhu Hayyun : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup.
Hakikatnya
Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Hayat.
18.Kaunuhu Sami’an : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar akan tiap-tiap
yang Maujud.
Hakikatnya
Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum, Yaitu lain daripada sifat Sama’.
19.Kaunuhu Bashiran : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang
Maujudat ( Benda yang ada ).
Hakikatnya
Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Bashar.
20.Kaunuhu Mutakalliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata.
Hakikatnya
Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Kalam.
E. Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain
Manusia pada hakekatnya sama saja dengan mahluk hidup
lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia
berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan kesadaran.
Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan
keunggulan yang dimiliki manusia dibanding dengan mahluk lain.
Manusia sebagai salah satu mahluk yang hidup di muka bumi merupakan mahluk yang
memiliki karakter manusia secara fisik tidak begitu
berbeda dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang.
Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk lainnya adalah
dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang
memlikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat
instinctif. Dibanding dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan-kelebihan
itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang
bagaimanapun, baik di darat, di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya
mampu bergerak diruang yang terbatas.
·
Manusia memiliki hati nurani dan juga nafsu tapi
makhluk lain hanya memiliki salah satunya saja
·
Derajat manusia sejati adalah lebih tinggi dari
makhluk lain
·
Manusia tercipta dari tanah sebagai jasad dan nur
sebagai hati. Sedangkan makhluk lain tidak ada yang tercipta dari tanah dan nur
·
Bentuk ibadah manusia telah diatur didalam Al Qur’an
·
Manusia diberi kebebasan untuk memilih jalan kehidupannya.
Langganan:
Postingan (Atom)